Senin, 17 Juni 2013

Sita, siapa dia sebenarnya?

Membicarakan Sita, tentunya tidak terlepas dari Rama (Awatara ke-7 Vishnu). Dalam Wiracarita Ramayana, Rama dan Sita diceritakan sebagai pasangan suami-istri baik di dunia manusia maupun di alam para Dewa. Sita adalah inkarnasi dari Dewi Laksmi (Dewi Kebahagiaan) yang merupakan "sakti" (istri) dari Dewa Vishnu. Sita (juga disebut Shinta) merupakan lambang kewanitaan, kesucian, kesetiaan, kemurnian, dan pengorbanan bagi perempuan Hindu. Kenapa? Simaklah penggalan Wiracarita Ramayana berikut:
... Rama sudah berhasil mengalahkan dan membunuh Raja Raksasa, Rahwana. Sudah tidak sabar lagi ia bertemu dengan istrinya tercinta setelah satu tahun lamanya diculik oleh Rahwana. Rama memanggil temannya yang setia, Hanuman untuk menjemput Sita di Taman Asoka. Pada awalnya Sita sedikit kecewa karena bukan Rama sendiri yang menjemputnya. Sebelumnya ia selalu berharap Rama akan menjemputnya suatu saat nanti dan melihat apa yang dialaminya saat berada di Taman Asoka. Setelah mandi dan menyucikan diri, Sita pun bertemu Rama. Namun, Rama ternyata menyangsikan kesucian Sita, karena Sita sudah satu tahun tinggal di istana musuh. Padahal, tidak sedikit pun Rahwana dapat menyentuh Sita. Tidak pernah mereka melakukan apa pun yang menodai kesucian Sita. Kemudian, Sita memerintahkan Laksamana untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya lalu membuat api unggun yang besar. Untuk membuktikan kesucian dirinya kepada Rama, Sita terjun ke dalam api unggun tersebut. Pada saat itu pula, Dewa Brahma dan Dewa Api (Agni) muncul dan mengangkat tubuh Sita. Dengan itu, kesucian Sita sudah terbukti. Rama pun lega dan memboyong Sita kembali ke Ayodhya.
Penderitaan Sita tidak berakhir sampai di sana. Terdengar desas-desus tentang kesucian Sita di kalangan rakyat jelata. Sebagai raja yang demokratis, Rama dengan sangat terpaksa mengusir Sita yang sedang hamil ke hutan dengan diantar Laksamana. Di pembuangan, bertemu dengan Rsi Valmiki. Berikut isi percakapan mereka:
Sita        : (memberi hormat)
Valmiki : “Semoga bahagia! Aku sudah melihat semua masa depanmu. Semua pengorbanan yang kau lakukan hari ini hanya demi sebuah perintah. Untuk itu, terimalah salam dari Valmiki. (memberi salam) Mulai hari ini anda disambut di asrama ini sebagai tamu. Asrama ini menjadi suci berkat kehadiran anda.
Sita        : “Guru, anda telah member harta bagi tuna wisma. Aku akan menerimanya sebagai nasib baikku. Anak-anakku yang masih ada dalam kandungan akan kuserahkan untuk menjadi murid anda. Bila anakku mendapat guru seperti Rsi Valmiki, pastinya leluhurku pernah melakukan karma yang baik.
Valmiki : “Hari ini, ketiga dunia menunduk di depan keagungan anda. Aku akan merasa bangga menjadi guru anak-anak wanita itu, karena wanita itu Permaisuri Sita.”
Sita        : “Tidak! Mulai sekarang aku bukan lagi permaisuri. Terimalah aku sebagai putri anda, Guru.”
Valmiki : “Yang dihormati di tiga dunia, hari ini menjadi putriku. Aku merasa sangat beruntung, Sita.”
Sita        : “Tidak! Jangan panggil aku Sita. Aku telah mengorbankan nama yang telah tercemar itu. Itu harus dihapuskan dari sejarah, Guru.
Valmiki : “Tidak, Nak! Nama “Sita” tidak akan pernah tercemar dan tidak pernah bisa dihapuskan dari sejarah.  Dengan menyebut nama ini, manusia akan menjadi suci. Putri, aku akan merestuimu. Namamu akan menjadi contoh bagi wanita dan akan bersinar sampai akhir kemanusiaan. 
Di asrama Rsi Valmiki kemudian Sita melahirkan anak kembar, Kusa dan Lawa. Oleh Rsi Valmiki, mereka diajarkan nyanyian yang mengagungkan nama Ramacandra, ayahnya. Nyanyian-nyanyian tersebut kelak dikenal dengan nama Kitab Ramayanan yang kemudian digubah dalam bahasa Jawa Kuno menjadi Kekawin Ramayana. Suatu saat, Rama mengadakan upacara Aswamedha. Kusa dan Lawa menghadiri acara tersebut kemudian melantunkan nyanyian-nyanyian yang sudah diajarkan Rsi Valmiki. Dari situlah, Rama mengetahui bahwa mereka adalah anak-anaknya. Kemudian, atas permintaan Rama, kembalilah Sita ke Ayodhya. Namun masih saja terdengar gosip bahwa kedua anak itu bukan anak Rama. Sita kemudian bersumpah "Jika aku seorang wanita yang tidak suci, bahkan Pertiwi (bumi) pun tidak sudi menerimaku!". Setelah mengucapkan sumpah itu, bumi pun terbelah dan menerima Sita. Demikianlah akhir hayat Sita. Rama kemudian sangat menyesal dan menyerahkan takhtanya. Ia kemudian bertama di Sungai Gangga sampai akhir hayatnya.

Pada kutipan cerita dan percakapan di atas, kata-kata penting saya "bold". Sekarang kita tahu kenapa Sita disebut lambang kewanitaan, kesucian, kemurnian, pengorbanan, dan kesetiaan.

ARTI NAMA:
Sita dalam bahasa puitis India Kuno berarti kerut, yang menggambarkan aroma dari kesuburan. Sita juga memiliki nama lain, yaitu: Janaki (putri Raja Janaka), Mithili (putri dari Mithila), Ramaa (istri dari Rama), dan Vaidehi (putri kerajaan Videha).

Maka dari itu, bagi anda yang memiliki nama Sita, bukan berarti anda disamakan dengan Sita dalam wiracarita ini, karena anda tidak memiliki sebutan-sebutan yang sama seperti dia. Bagi anda yang memiliki nama "Sita", jagalah kesucian nama itu dengan bertanggung jawab.

Terimakasih..
Sumber: wikipedia, film Ramayana, dan sumber lainnya dengan perubahan

|Kritik/Saran/Pertanyaan silahkan tuliskan pada "Comment" atau bisa dikirim ke opsmail99@gmail.com, via facebook ke Amarta Sadwika Sukma, via Twitter ke @amartasadwika, via line ID: amarta_sadwika|

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Maaf, saya tidak bernama sita.

Unknown mengatakan...

Yang bilang situ sita siapa? Wkwkwk

Anonim mengatakan...

oc587 lakaiuk,ferrino lightent 2 chile,tenis geox brasil,geoxlatvija,psychobunnysouthafrica,xn--onrunningespaa-2nb,autryhrvatska,crocs myymälät suomi,mackage daunenjacke ah647

Posting Komentar

 
Copyright 2009 PASS-ON. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Blogger Showcase